A. Pendahuluan
Hal utama yang mempengaruhi kualitas hasil penelitian yaitu, kualitas instrumen penelitian, dan kualitas pengumpulan data. Dalam penelitian kualitatif yang menjadi instrumen atau alat penelitian adalah peneliti itu sendiri. Oleh karena itu peneliti sebagai instrumen juga harus “divalidasi” seberapa jauh peneliti kualitatif siap melakukan penelitian yang selanjutnya terjun ke lapangan.
Dalam penelitian kualitatif segala sesuatu yang akan dicari dari obyek penelitian belum jelas dan pasti masalahnya, sumber datanya, hasil yang diharapkan semuanya belum jelas. Oleh karena itu dalam penelitian kualitatif “the researcher is the key instrument”. Jadi peneliti adalah merupakan instrumen kunci dalam penelitian kualitatif.
Dalam hal instrumen penelitian kualitatif, Lincoln and Guba dalam Sugiyono (2006) menyatakan bahwa :
Para mahasiswa sebagai calon peneliti pada umumnya belum memahami permasalahan instrumen dan teknik pengumpulan data dalam penelitian baik kuantitatif maupun kualitatif. Pada tulisan ini diungkapkan permasalahan instrumen dan teknik pengumpulan data dalam penelitian kualitatif, yang secara terperinci diuraikan sebagai berikut:
Tulisan singkat ini bermaksud memberikan ilustrasi nyata tentang instrumen dan teknik pengumpulan data dalam penelitian kualitatif, yang secara terperinci dapat dirumuskan sebagai berikut:
Berdasarkan permasalahan dan tujuan yang hendak dicapai, dapat dirumuskan pembahasan dengan menguraikan pokok-pokok materi sebagai berikut:
1. Instrumen Penelitian
Menurut Nasution dalam Sugiyono (2006) peneliti sebagai intrumen penelitian serasi untuk penelitian serupa karena memiliki ciri-ciri sebagai berikut :
a. Peneliti sebagai alat peka dan dapat bereaksi terhadap segala stimulus dari lingkungan yang harus diperkirakannya bermakna atau tidak bagi penelitian.
b. Peneliti sebagai alat dapat menyesuaikan diri terhadap semua aspek keadaan dan dapat mengumpulkan aneka ragam data sekaligus.
c. Tiap situasi merupakan keseluruhan. Tidak ada suatu instrumen berupa test atau angket yang dapat menangkap keseluruhan situasi, kecuali manusia.
d. Suatu situasi yang melibatkan interaksi manusia, tidak dapat difahami dengan pengetahuan semata. Untuk memahaminya kita perlu sering merasakannya, menyelaminya berdasarkan pengetahuan kita.
e. Peneliti sebagai instrumen dapat segera menganalisis data yang diperoleh. Ia dapat menafsirkannya, melahirkan hipotesis dengan segera untuk menentukan arah pengamatan, untuk mentest hipotesis yang timbul seketika.
f. Hanya manusia sebagai instrumen dapat mengambil kesimpulan berdasarkan data yang dikumpulkan pada suatu saat dan menggunakan segera sebagai balikan untuk memperoleh penegasan, perubahan, perbaikan atau pelakan.
g. Dalam penelitian dengan menggunakan test atau angket yang bersifat kuantitatif yang diutamakan adalah respon yang dapat dikuantifikasi agar dapat diolah secara statistik, sedangkan yang menyimpang dari itu tidak dihiraukan. Dengan manusia sebagai instrumen, respon yang aneh, yang menyimpang justru diberi perhatian. Respon yang lain daripada yang lain, bahkan yang bertentangan dipakai untuk mempertinggi tingkat kepercayaan dan tingkat pemahaman mengenai aspek yang diteliti.
2. Teknik Pengumpulan Data
Teknik pengumpulan data merupakan langkah yang paling strategis dalam penelitian, karena tujuan utama dari penelitian adalah mendapatkan data. Tanpa mengetahui teknik pengumpulan data, maka peneliti tidak akan mendapatkan data yang memenuhi standar data yang ditetapkan.
Catherine Marshall, Gretchen B. Rossman, dalam Sugiyono (2006) menyatakan bahwa “the fundamental methods relied on by qualitative researches for gathering information are, participation in the setting, direct observation, in-depth interviewing document review”
a. Pengumpulan Data dengan Observasi
1) Macam-macam Observasi
Nasution dalam Sugiyono (2006) menyatakan bahwa observasi adalah dasar semua ilmu pengetahuan. Para ilmuwan hanya dapat bekerja berdasarkan data, yaitu fakta mengenai dunia kenyataan yang diperoleh melalui observasi. Data itu dikumpulkan dan sering dengan bantuan berbagai alat yang sangat canggih, sehingga benda-benda yang sangat kecil (proton dan elektron) maupun yang sangat jauh (benda ruang angkasa) dapat diobservasi dengan jelas.
Marshall dalam Sugiyono (2006) menyatakan bahwa “through observation, the researcher learn about behavior and the meaning attached to those behavior”. Melalui observasi, peneliti belajar tentang perilaku, dan makna dari perilaku tersebut.
Sanapiah Faisal dalam Sugiyono (2006) mengklasifikasikan observasi menjadi observasi berpartisipasi (participant observation), observasi yang secara terang-terangan dan tersamar (overt observation dan covert observation), dan observasi yang tak berstruktur (unstructed observation). Selanjutnya Spradley, dalam Susan Stainback (1988) membagi observasi berpartisipasi menjadi empat, yaitu pasive participation, moderate participation, active participation, dan complete participation.
a) Observasi partisipatif
Dalam observasi ini, peneliti terlibat dengan kegiatan sehari-hari orang yang sedang diamati atau yang digunakan sebagai sumber data penelitian.
Susan Stainback dalam Sugiyono (2006) menyatakan “In participant observation, the researcher observes what people do, listent to what they say, and participates in their activities” Dalam obeservasi paarticipatif, peneliti mengamati apa yang dikerjakan orang, mendengarkan apa yang mereka ucapkan, dan berpartisipasi dalam aktivitas mereka.
Observasi ini dapat digolongkan menjadi empat, yaitu partisipasi pasif, partisipasi moderat, observasi yang terus terang dan tersamar, dan observasi yang lengkap.
Peneliti dalam melakukan pengumpulan data menyatakan terus terang kepada sumber data, bahwa ia sedang melakukan penelitian. Tetapi dalam suatu saat peneliti juga tidak terus terang atau tersamar dalam observasi, hal ini untuk menghindari kalau suatu data yang dicari merupakan data yang masih dirahasiakan.
c) Observasi tak terstruktur
Observasi tidak terstuktur adalah observasi yang tidak dipersiapkan secara sistematis tentang apa yang akan diobservasi. Peneliti akan melakukan penelitian pada suku terasing yang belum dikenalnya, maka peneliti akan melakukan observasi tidak terstruktur.
2) Manfaat Observasi
Menurut Patton dalam Nasution yang dikutip Sugiyono (2006), dinyatakan bahwa manfaat observasi adalah sebagai berikut.
a) Dengan observasi di lapangan peneliti akan lebih mampu memahami konteks data dalam keseluruhan situasi sosial. Jadi akan dapat diperoleh pandangan yang holistik atau menyeluruh.
b) Dengan observasi maka akan diperoleh pangalaman langsung sehingga memungkinkan peneliti menggunakan pendekatan induktif, jadi tidak dipengarugi oleh konsep atau pandangan sebelumnya. Pendekatan induktif membuka kemungkinan melakukan penemuan atau discovery.
c) Dengan observasi, peneliti dapat menemukan hal-hal yang kurang atau tidak diamati orang lain, khususnya orang yang berada dalam lingkungan itu, karena telah dianggap “biasa’ dan karena itu tidak akan terungkapkan dalam wawancara.
d) Dengan observasi, peneliti dapat menemukan hal-hal yang sedianya tidak akan diungkapkan oleh responden dalam wawancara karena bersifat sensitif atau ingin ditutupi karena dapat merugikan nama lembaga.
e) Dengan observasi, peneliti dapat menemukan hal-hal yang di luar persepsi responden, sehingga peneliti memperoleh gambaran yang lebih komprehensif.
f) Melalui pengamatan di lapangan, peneliti tidak hanya mengumpulkan data yang kaya, tetapi juga memperoleh kesan-kesan pribadi, dan merasakan suasana/ situasi sosial yang teliti.
3) Obyek Observasi
Obyek penelitian dalam penelitian kualitatif yang diobservasi menurut spradley dinamakan situasi sosial, yang terdiri atas tiga komponen yaitu place (tempat), actor (pelaku), activities (aktivitas).
Place, atau tempat di mana interkasi dalam situasi sosial sedang berlangsung
Actor, pelaku atau orang-orang yang sedang memainkan peran tertentu
Avtiviti, atau kegiatan yan dilakukan oleh aktor dalam situasi sosial yang sedang berlangsung.
4) Tahapan Observasi
Menurut Spradley dalam Sugiyono (2006) tahapan observasi ada tiga yaitu 1) observasi deskriptif 2) observasi terfokus 3) observasi terseleksi
a) Observasi deskriptif
Observasi deskriptif dilakukan peneliti pada saat memasuki situasi sosial tertentu sebagai obyek penelitian. Penelitian menghasilkan kesimpulan pertama. Peneliti melakukan analisis domain, sehingga mampu mendeskripsikan terhadap semua yang ditemui.
b) Observasi terfokus
Peneliti melakukan analisis taksonomi sehingga dapat menemukan fokus, peneliti selanjutnya menghasilkan kesimpulan-kesimpulan.
c) Observasi terseleksi
Peneliti telah menemukan karakteristik kontras-kontras atau perbedaan dan kesamaan antarkategori, serta menemukan hubungan antara satu kategori dengan kategori yang lain.
b. Pengumpulan data dengan wawancara/interview
Esterberg dalam Sugiyono (2006) mendefinisikan interview sebagai berikut. ‘ a meeting of two persons to exchange information and idea through question and responses. Resulting in communication and joint construction of meaning abaut a particular topic”. Wawancara merupakan pertemuan dua orang untuk bertukar informasi dan ide melalui tanya jawab, sehingga dapat dikonstruksikan makna dalam suatu topik tertentu.
Susan stainback dalam Sugiyono (2006) mengemukakan bahwa : interviewing provide the researcher a means to gain a deeper undersuntding of how the participant interpret a situation of phenomenon than can be gained through observationalon. Jadi dengan wawancara, maka peneliti mengetahui hal-hal yang lebih mendalam tentang partisipan dalam menginterpretasikan situasi dan fenomena yang terjadi, di mana hal ini tidak bisa ditemukan melalui observasi.
Selanjutnya Esterberg dalam Sugiyono (2006) menyatakan bahwa “interviewing is at the heart of social researct. If you look through almost any sociological journal. You will find that much social research is based on interview, either standardized or more in-depth”. Interview merupakan hatinya penelitian sosial. Bila Anda lihat dalam ilmu sosial, maka akan Anda temui semua karena itu pewawancara perlu memahami situasi dan kondisi sehingga dapat memilih waktu yang tepat kapan dan di mana harus melakukan wawancara.
Informasi atau data yang diperoleh dari wawancara sering bias. Oleh karena itu peneliti jangan memberi pertanyaan yang bias.
1) macam-macam interview/wawancara
Esterberg dalam Sugiyono (2006) mengemukakan beberapa macam wawancara, yaitu:
a) wawancara terstruktur
b) wawancara semiterstruktur
c) wawancara takberstruktur
2) langkah-langkah wawancara
Lincoln dan Guba dalam Sanapiah Faisal dalam Sugiyono (2006), mengemukakan ada tujuh langkah dalam penggunaan wawancara untuk mengumpulkan data dalam penelitian kualitatif, yaitu:
a) Menetapkan kepada siapa wawancara itu akan dilakukan
b) Menyiapkan pokok-pokok masalah yang akan menjadi bahan pembicaraan
c) Mengawali atau membuka alur wawancara
d) Melangsungkan alur wawancara
e) Mengkonfirmasikan ikhtisar hasil wawancara dan mengakhirinya
f) Menuliskan hasil wawancara ke dalam catatan lapangan
g) Mengidentifikasi tindak lanjut hasil wawancara yang telah diperoleh
3) Jenis-jenis pertanyaan dalam wawancara
Patton dan Molleong dalam Sugiyono (2006) menggolongkan enam jenis pertanyaan yang saling berkaitan, yaitu:
a) Pertanyaan yang berkaitan dengan pengalaman
b) Pertanyaan yang berkaitan dengan pendapat
c) Pertanyaan yang berkaitan dengan perasaan
d) Pertanyaan tentang pengetahuan
e) Pertanyaan yang berkenaan dengan indera
f) Pertanyaan yang berkaitan dengan latar belakang atau demografi
Selanjutnya Guba dan Lincoln dalam Molleong dalam Sugiyono (2006) mengkalsifikasikan jenis-jenis pertanyaan untuk wawancara sebagai berikut:
a) Pertanyaan hipotesis
b) Pertanyaan yang mempersoalkan sesuatu yang ideal dan informan diminta untuk memberikan respon
c) Pertanyaan yang menantang informan untuk memberikan hipotesis alternatif
d) Pertanyaan interpretatif
e) Pertanyaan yang memberikan saran
f) Pertanyaan untuk mendapatkan suatu alasan
g) Pertanyaan untuk mendapatkan suatu argumentasi
h) Pertanyaan untuk mendapatkan suatu alasan
i) Pertanyaan untuk mengungkap sumber
j) Pertanyaan yang mengungkapkan kepercayaan terhadap sesuatu
k) Pertanyaan yang mengarahkan
Spradley dalam Sugiyono (2006) menggolongkan jenis-jenis pertanyaan menjadi tiga, yaitu: pertanyaan deskriptif, pertanyaan struktural, dan pertanyaan kontras.
4) Alat-alat wawancara
Supaya hasil wawancara dapat terekam dengan baik, diperlukan alat-alat sebagai berikut:
a) buku catatan
b) tape recorder
c) camera
5) Mencatat hasil wawancara
Hasil wawancara segera harus dicatat setelah selesai melakukan wawancara agar tidak lupa atau bahkan hilang.
c. Teknik Pengumpulan Data dengan Dokumen
Dalam hal dokumen Bogdan dalam Sugiyono (2006) menyatakan “In most tradition of qualitative research yhe phrase personal documnet is use broadly to refer to any first person narrative produced by an individual which discribes his or her own actions, experience, and belief”.
Hasil penelitian juga akan semakin kredibel apabila didukung oleh foto-foto atau karya tulis akademik dan seni yang telah ada. Photograps provide strikingly descriptive data are often used to understand the subjective and is product frequently analyzed inductive.
d. Triangulasi
Dalam pengumpulan data, triangulasi diartikan sebagai teknik yang bersifat menggabungkan berbagai teknik yang ada. Susan Stainback dalam Sugiyono (2006) menyatakan bahwa,”the aim is not to determine the truth about some social phenomenon, rather the purpose of triangulation is to increase one’s understanding of what ever is being investigated”. Tujuan dari triangulasi bukan untuk mencari kebenaran tentang beberapa fenomena, tetapi lebih pada peningkatan pemahaman peneliti terhadap apa yang telah ditemukan.
Selanjutnya Bogdan menyatakan “what the qualitative researcher is intersted in is not truth per se, but rather perspective. Thus, rather than trying to determine the “truth” of people’s perceptions, the purpose of corroboration is to help researchers increase their understanding and the probability that their finding will be seen as credible or worthy of concideration by others”.
Selanjutnya Mathinson dalam Sugiyono (2006) mengemukakan bahwa “the value of triangulation lies in providing evidence – whether convergent, inconsistent, or contracditory”. Nilai dari praktek pengumpulan data dengan triangulasi adalah untuk mengetahui data yang diperoleh convergent (meluas), tidak konsisten, atau kontradiksi.
Oleh karena itu dengan menggunakan teknik triangulasi dalam pemngumpulan data, maka data yang diperoleh akan lebih konsisten, tuntas, dan pasti. Melalui triangulasi “can build on the strength of each type of data collection while minimizing the weakness in any single approach” (Patton, 1980). Dengan triangulasi akan lebih ditingkatkan kekuatan data, bila dibandingkan dengan satu pendekatan.
E. Simpulan
DAFTAR PUSTAKA
Bogdan, Robert, C; Biklen Knopp Sari; 1982. Qualitative Research for Education; An Introduction to Theory and Methods, Boston London: Allyn and Bacon.
Catherine Marshall, Gretchen B Rossman, 1995. Designing Qualitative Research, second edition; Sage publications, London: International Educational and Professional Publisher.
Esterberg, Kristin G., 2002. Qualitaive Methods in Social Research, New York: Mc. Graw Hill.
Faisal, Sanapiah, 1990. Penelitian Kualitatif, Dasar dan Aplikasi, Malang: Yayasan Asah Asih Asuh.
Spradley, James, 1980. Participant Observation, Holt, Rinehart and Winston.
Sugiyono, 2006. Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif, dan R&D, Bandung: Alfabeta.
Susan Stainback, William Stainback, 1988. Understanding and Conducting Qualitative Research, Dubuque Iowa: Kendall/ Hunt Publishing Company.
Sumber : http://bambangdssmagasolo.blogspot.com
Hal utama yang mempengaruhi kualitas hasil penelitian yaitu, kualitas instrumen penelitian, dan kualitas pengumpulan data. Dalam penelitian kualitatif yang menjadi instrumen atau alat penelitian adalah peneliti itu sendiri. Oleh karena itu peneliti sebagai instrumen juga harus “divalidasi” seberapa jauh peneliti kualitatif siap melakukan penelitian yang selanjutnya terjun ke lapangan.
Dalam penelitian kualitatif segala sesuatu yang akan dicari dari obyek penelitian belum jelas dan pasti masalahnya, sumber datanya, hasil yang diharapkan semuanya belum jelas. Oleh karena itu dalam penelitian kualitatif “the researcher is the key instrument”. Jadi peneliti adalah merupakan instrumen kunci dalam penelitian kualitatif.
Dalam hal instrumen penelitian kualitatif, Lincoln and Guba dalam Sugiyono (2006) menyatakan bahwa :
“The instrument of choice in naturalistic inquiry is the human. We shall see that other forms of instrumentation may be used in later phases of the inquiry, but the human is the initial and continuing mainstay. But if the human isntrument has been used extensively in earlier stages of inquiry, so that an instrument can be constructed that is grounded in the data that the human instrument has product”.Selanjutnya Nasution dalam Sugiyono (2006) menyatakan :
“Dalam penelitian kualitatif, tidak ada pilihan lain daripada menjadikan manusia sebagai instrumen penelitian utama. Alasannya ialah bahwa, segala sesuatunya belum mempunyai bentuk yang pasti. Masalah, fokus penelitian, prosedur penelitian, hipotesis yang digunakan, bahkan hasil yang diharapkan, itu semuanya tidak dapat ditentukan secara pasti dan jelas sebelumnya. Segala sesuatu masih perlu dikembangkan sepanjang penelitian itu. Dalam keadaan yang serba tidak pasti dan tidak jelas itu, tidak ada pilihan lain dan hanya peneliti itu sendiri sebagai alat satu-satunya yang dapat mencapainya”.B. Permasalahan
Para mahasiswa sebagai calon peneliti pada umumnya belum memahami permasalahan instrumen dan teknik pengumpulan data dalam penelitian baik kuantitatif maupun kualitatif. Pada tulisan ini diungkapkan permasalahan instrumen dan teknik pengumpulan data dalam penelitian kualitatif, yang secara terperinci diuraikan sebagai berikut:
- Instrumen apa saja yang diperlukan dalam pengumpulan data, khususnya dalam penelitian kualitatif
- Teknik pengumpulan data apa saja yang diperlukan dalam penelitian kualitatif
- Mengapa triangulasi lebih disarankan penggunaannya dalam penelitian kualitatif dibandingkan teknik pengumpulan data lainnya
Tulisan singkat ini bermaksud memberikan ilustrasi nyata tentang instrumen dan teknik pengumpulan data dalam penelitian kualitatif, yang secara terperinci dapat dirumuskan sebagai berikut:
- Menguraikan secara terperinci instrumen-instrumen yang diperlukan dalam pengumpulan data
- Menguraikan secara terperinci teknik-teknik pengumpulan data dalam penelitian kualitatif, kelebihan dan kelemahannya masing-masing
- Menjelaskan secara singkat perlunya penggunaan teknik triangulasi dalam penelitian kualitatif
Berdasarkan permasalahan dan tujuan yang hendak dicapai, dapat dirumuskan pembahasan dengan menguraikan pokok-pokok materi sebagai berikut:
1. Instrumen Penelitian
Menurut Nasution dalam Sugiyono (2006) peneliti sebagai intrumen penelitian serasi untuk penelitian serupa karena memiliki ciri-ciri sebagai berikut :
a. Peneliti sebagai alat peka dan dapat bereaksi terhadap segala stimulus dari lingkungan yang harus diperkirakannya bermakna atau tidak bagi penelitian.
b. Peneliti sebagai alat dapat menyesuaikan diri terhadap semua aspek keadaan dan dapat mengumpulkan aneka ragam data sekaligus.
c. Tiap situasi merupakan keseluruhan. Tidak ada suatu instrumen berupa test atau angket yang dapat menangkap keseluruhan situasi, kecuali manusia.
d. Suatu situasi yang melibatkan interaksi manusia, tidak dapat difahami dengan pengetahuan semata. Untuk memahaminya kita perlu sering merasakannya, menyelaminya berdasarkan pengetahuan kita.
e. Peneliti sebagai instrumen dapat segera menganalisis data yang diperoleh. Ia dapat menafsirkannya, melahirkan hipotesis dengan segera untuk menentukan arah pengamatan, untuk mentest hipotesis yang timbul seketika.
f. Hanya manusia sebagai instrumen dapat mengambil kesimpulan berdasarkan data yang dikumpulkan pada suatu saat dan menggunakan segera sebagai balikan untuk memperoleh penegasan, perubahan, perbaikan atau pelakan.
g. Dalam penelitian dengan menggunakan test atau angket yang bersifat kuantitatif yang diutamakan adalah respon yang dapat dikuantifikasi agar dapat diolah secara statistik, sedangkan yang menyimpang dari itu tidak dihiraukan. Dengan manusia sebagai instrumen, respon yang aneh, yang menyimpang justru diberi perhatian. Respon yang lain daripada yang lain, bahkan yang bertentangan dipakai untuk mempertinggi tingkat kepercayaan dan tingkat pemahaman mengenai aspek yang diteliti.
2. Teknik Pengumpulan Data
Teknik pengumpulan data merupakan langkah yang paling strategis dalam penelitian, karena tujuan utama dari penelitian adalah mendapatkan data. Tanpa mengetahui teknik pengumpulan data, maka peneliti tidak akan mendapatkan data yang memenuhi standar data yang ditetapkan.
Catherine Marshall, Gretchen B. Rossman, dalam Sugiyono (2006) menyatakan bahwa “the fundamental methods relied on by qualitative researches for gathering information are, participation in the setting, direct observation, in-depth interviewing document review”
a. Pengumpulan Data dengan Observasi
1) Macam-macam Observasi
Nasution dalam Sugiyono (2006) menyatakan bahwa observasi adalah dasar semua ilmu pengetahuan. Para ilmuwan hanya dapat bekerja berdasarkan data, yaitu fakta mengenai dunia kenyataan yang diperoleh melalui observasi. Data itu dikumpulkan dan sering dengan bantuan berbagai alat yang sangat canggih, sehingga benda-benda yang sangat kecil (proton dan elektron) maupun yang sangat jauh (benda ruang angkasa) dapat diobservasi dengan jelas.
Marshall dalam Sugiyono (2006) menyatakan bahwa “through observation, the researcher learn about behavior and the meaning attached to those behavior”. Melalui observasi, peneliti belajar tentang perilaku, dan makna dari perilaku tersebut.
Sanapiah Faisal dalam Sugiyono (2006) mengklasifikasikan observasi menjadi observasi berpartisipasi (participant observation), observasi yang secara terang-terangan dan tersamar (overt observation dan covert observation), dan observasi yang tak berstruktur (unstructed observation). Selanjutnya Spradley, dalam Susan Stainback (1988) membagi observasi berpartisipasi menjadi empat, yaitu pasive participation, moderate participation, active participation, dan complete participation.
a) Observasi partisipatif
Dalam observasi ini, peneliti terlibat dengan kegiatan sehari-hari orang yang sedang diamati atau yang digunakan sebagai sumber data penelitian.
Susan Stainback dalam Sugiyono (2006) menyatakan “In participant observation, the researcher observes what people do, listent to what they say, and participates in their activities” Dalam obeservasi paarticipatif, peneliti mengamati apa yang dikerjakan orang, mendengarkan apa yang mereka ucapkan, dan berpartisipasi dalam aktivitas mereka.
Observasi ini dapat digolongkan menjadi empat, yaitu partisipasi pasif, partisipasi moderat, observasi yang terus terang dan tersamar, dan observasi yang lengkap.
- Partisipasi pasif : peneliti datang di tempat kegiatan orang yang diamati, tetapi tidak ikut terlibat dalam kegiatan tersebut.
- Partisipasi moderat : terdapat keseimbangan antara peneliti menjadi orang dalam dengan orang luar.
- Partisipasi aktif : peneliti ikut melakukan apa yang dilakukan oleh nara sumber, tetapi belum sepenuhnya lengkap.
- Partisipasi lengkap : peneliti sudah terlibat sepenuhnya terhadap apa yang dilakukan sumber data.
Peneliti dalam melakukan pengumpulan data menyatakan terus terang kepada sumber data, bahwa ia sedang melakukan penelitian. Tetapi dalam suatu saat peneliti juga tidak terus terang atau tersamar dalam observasi, hal ini untuk menghindari kalau suatu data yang dicari merupakan data yang masih dirahasiakan.
c) Observasi tak terstruktur
Observasi tidak terstuktur adalah observasi yang tidak dipersiapkan secara sistematis tentang apa yang akan diobservasi. Peneliti akan melakukan penelitian pada suku terasing yang belum dikenalnya, maka peneliti akan melakukan observasi tidak terstruktur.
2) Manfaat Observasi
Menurut Patton dalam Nasution yang dikutip Sugiyono (2006), dinyatakan bahwa manfaat observasi adalah sebagai berikut.
a) Dengan observasi di lapangan peneliti akan lebih mampu memahami konteks data dalam keseluruhan situasi sosial. Jadi akan dapat diperoleh pandangan yang holistik atau menyeluruh.
b) Dengan observasi maka akan diperoleh pangalaman langsung sehingga memungkinkan peneliti menggunakan pendekatan induktif, jadi tidak dipengarugi oleh konsep atau pandangan sebelumnya. Pendekatan induktif membuka kemungkinan melakukan penemuan atau discovery.
c) Dengan observasi, peneliti dapat menemukan hal-hal yang kurang atau tidak diamati orang lain, khususnya orang yang berada dalam lingkungan itu, karena telah dianggap “biasa’ dan karena itu tidak akan terungkapkan dalam wawancara.
d) Dengan observasi, peneliti dapat menemukan hal-hal yang sedianya tidak akan diungkapkan oleh responden dalam wawancara karena bersifat sensitif atau ingin ditutupi karena dapat merugikan nama lembaga.
e) Dengan observasi, peneliti dapat menemukan hal-hal yang di luar persepsi responden, sehingga peneliti memperoleh gambaran yang lebih komprehensif.
f) Melalui pengamatan di lapangan, peneliti tidak hanya mengumpulkan data yang kaya, tetapi juga memperoleh kesan-kesan pribadi, dan merasakan suasana/ situasi sosial yang teliti.
3) Obyek Observasi
Obyek penelitian dalam penelitian kualitatif yang diobservasi menurut spradley dinamakan situasi sosial, yang terdiri atas tiga komponen yaitu place (tempat), actor (pelaku), activities (aktivitas).
Place, atau tempat di mana interkasi dalam situasi sosial sedang berlangsung
Actor, pelaku atau orang-orang yang sedang memainkan peran tertentu
Avtiviti, atau kegiatan yan dilakukan oleh aktor dalam situasi sosial yang sedang berlangsung.
4) Tahapan Observasi
Menurut Spradley dalam Sugiyono (2006) tahapan observasi ada tiga yaitu 1) observasi deskriptif 2) observasi terfokus 3) observasi terseleksi
a) Observasi deskriptif
Observasi deskriptif dilakukan peneliti pada saat memasuki situasi sosial tertentu sebagai obyek penelitian. Penelitian menghasilkan kesimpulan pertama. Peneliti melakukan analisis domain, sehingga mampu mendeskripsikan terhadap semua yang ditemui.
b) Observasi terfokus
Peneliti melakukan analisis taksonomi sehingga dapat menemukan fokus, peneliti selanjutnya menghasilkan kesimpulan-kesimpulan.
c) Observasi terseleksi
Peneliti telah menemukan karakteristik kontras-kontras atau perbedaan dan kesamaan antarkategori, serta menemukan hubungan antara satu kategori dengan kategori yang lain.
b. Pengumpulan data dengan wawancara/interview
Esterberg dalam Sugiyono (2006) mendefinisikan interview sebagai berikut. ‘ a meeting of two persons to exchange information and idea through question and responses. Resulting in communication and joint construction of meaning abaut a particular topic”. Wawancara merupakan pertemuan dua orang untuk bertukar informasi dan ide melalui tanya jawab, sehingga dapat dikonstruksikan makna dalam suatu topik tertentu.
Susan stainback dalam Sugiyono (2006) mengemukakan bahwa : interviewing provide the researcher a means to gain a deeper undersuntding of how the participant interpret a situation of phenomenon than can be gained through observationalon. Jadi dengan wawancara, maka peneliti mengetahui hal-hal yang lebih mendalam tentang partisipan dalam menginterpretasikan situasi dan fenomena yang terjadi, di mana hal ini tidak bisa ditemukan melalui observasi.
Selanjutnya Esterberg dalam Sugiyono (2006) menyatakan bahwa “interviewing is at the heart of social researct. If you look through almost any sociological journal. You will find that much social research is based on interview, either standardized or more in-depth”. Interview merupakan hatinya penelitian sosial. Bila Anda lihat dalam ilmu sosial, maka akan Anda temui semua karena itu pewawancara perlu memahami situasi dan kondisi sehingga dapat memilih waktu yang tepat kapan dan di mana harus melakukan wawancara.
Informasi atau data yang diperoleh dari wawancara sering bias. Oleh karena itu peneliti jangan memberi pertanyaan yang bias.
1) macam-macam interview/wawancara
Esterberg dalam Sugiyono (2006) mengemukakan beberapa macam wawancara, yaitu:
a) wawancara terstruktur
b) wawancara semiterstruktur
c) wawancara takberstruktur
2) langkah-langkah wawancara
Lincoln dan Guba dalam Sanapiah Faisal dalam Sugiyono (2006), mengemukakan ada tujuh langkah dalam penggunaan wawancara untuk mengumpulkan data dalam penelitian kualitatif, yaitu:
a) Menetapkan kepada siapa wawancara itu akan dilakukan
b) Menyiapkan pokok-pokok masalah yang akan menjadi bahan pembicaraan
c) Mengawali atau membuka alur wawancara
d) Melangsungkan alur wawancara
e) Mengkonfirmasikan ikhtisar hasil wawancara dan mengakhirinya
f) Menuliskan hasil wawancara ke dalam catatan lapangan
g) Mengidentifikasi tindak lanjut hasil wawancara yang telah diperoleh
3) Jenis-jenis pertanyaan dalam wawancara
Patton dan Molleong dalam Sugiyono (2006) menggolongkan enam jenis pertanyaan yang saling berkaitan, yaitu:
a) Pertanyaan yang berkaitan dengan pengalaman
b) Pertanyaan yang berkaitan dengan pendapat
c) Pertanyaan yang berkaitan dengan perasaan
d) Pertanyaan tentang pengetahuan
e) Pertanyaan yang berkenaan dengan indera
f) Pertanyaan yang berkaitan dengan latar belakang atau demografi
Selanjutnya Guba dan Lincoln dalam Molleong dalam Sugiyono (2006) mengkalsifikasikan jenis-jenis pertanyaan untuk wawancara sebagai berikut:
a) Pertanyaan hipotesis
b) Pertanyaan yang mempersoalkan sesuatu yang ideal dan informan diminta untuk memberikan respon
c) Pertanyaan yang menantang informan untuk memberikan hipotesis alternatif
d) Pertanyaan interpretatif
e) Pertanyaan yang memberikan saran
f) Pertanyaan untuk mendapatkan suatu alasan
g) Pertanyaan untuk mendapatkan suatu argumentasi
h) Pertanyaan untuk mendapatkan suatu alasan
i) Pertanyaan untuk mengungkap sumber
j) Pertanyaan yang mengungkapkan kepercayaan terhadap sesuatu
k) Pertanyaan yang mengarahkan
Spradley dalam Sugiyono (2006) menggolongkan jenis-jenis pertanyaan menjadi tiga, yaitu: pertanyaan deskriptif, pertanyaan struktural, dan pertanyaan kontras.
4) Alat-alat wawancara
Supaya hasil wawancara dapat terekam dengan baik, diperlukan alat-alat sebagai berikut:
a) buku catatan
b) tape recorder
c) camera
5) Mencatat hasil wawancara
Hasil wawancara segera harus dicatat setelah selesai melakukan wawancara agar tidak lupa atau bahkan hilang.
c. Teknik Pengumpulan Data dengan Dokumen
Dalam hal dokumen Bogdan dalam Sugiyono (2006) menyatakan “In most tradition of qualitative research yhe phrase personal documnet is use broadly to refer to any first person narrative produced by an individual which discribes his or her own actions, experience, and belief”.
Hasil penelitian juga akan semakin kredibel apabila didukung oleh foto-foto atau karya tulis akademik dan seni yang telah ada. Photograps provide strikingly descriptive data are often used to understand the subjective and is product frequently analyzed inductive.
d. Triangulasi
Dalam pengumpulan data, triangulasi diartikan sebagai teknik yang bersifat menggabungkan berbagai teknik yang ada. Susan Stainback dalam Sugiyono (2006) menyatakan bahwa,”the aim is not to determine the truth about some social phenomenon, rather the purpose of triangulation is to increase one’s understanding of what ever is being investigated”. Tujuan dari triangulasi bukan untuk mencari kebenaran tentang beberapa fenomena, tetapi lebih pada peningkatan pemahaman peneliti terhadap apa yang telah ditemukan.
Selanjutnya Bogdan menyatakan “what the qualitative researcher is intersted in is not truth per se, but rather perspective. Thus, rather than trying to determine the “truth” of people’s perceptions, the purpose of corroboration is to help researchers increase their understanding and the probability that their finding will be seen as credible or worthy of concideration by others”.
Selanjutnya Mathinson dalam Sugiyono (2006) mengemukakan bahwa “the value of triangulation lies in providing evidence – whether convergent, inconsistent, or contracditory”. Nilai dari praktek pengumpulan data dengan triangulasi adalah untuk mengetahui data yang diperoleh convergent (meluas), tidak konsisten, atau kontradiksi.
Oleh karena itu dengan menggunakan teknik triangulasi dalam pemngumpulan data, maka data yang diperoleh akan lebih konsisten, tuntas, dan pasti. Melalui triangulasi “can build on the strength of each type of data collection while minimizing the weakness in any single approach” (Patton, 1980). Dengan triangulasi akan lebih ditingkatkan kekuatan data, bila dibandingkan dengan satu pendekatan.
E. Simpulan
- Instrumen-instrumen yang diperlukan dalam pengumpulan data antara lain, buku catatan, tape recorder, kamera, daftar pertanyaan dalam wawancara dan lain-lain.T
- Teknik-teknik pengumpulan data dalam penelitian kualitatif meliputi teknik observasi, wawancara, dokumen, dan lain-lain yang masing-masing memiliki kelebihan dan kelemahan
- Teknik triangulasi dalam penelitian kualitatif sangat diperlukan dan disarankan penggunaannya karena akan melengkapi kelemahan dari masing-masing teknik pengumpulan data yang ada.
DAFTAR PUSTAKA
Bogdan, Robert, C; Biklen Knopp Sari; 1982. Qualitative Research for Education; An Introduction to Theory and Methods, Boston London: Allyn and Bacon.
Catherine Marshall, Gretchen B Rossman, 1995. Designing Qualitative Research, second edition; Sage publications, London: International Educational and Professional Publisher.
Esterberg, Kristin G., 2002. Qualitaive Methods in Social Research, New York: Mc. Graw Hill.
Faisal, Sanapiah, 1990. Penelitian Kualitatif, Dasar dan Aplikasi, Malang: Yayasan Asah Asih Asuh.
Spradley, James, 1980. Participant Observation, Holt, Rinehart and Winston.
Sugiyono, 2006. Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif, dan R&D, Bandung: Alfabeta.
Susan Stainback, William Stainback, 1988. Understanding and Conducting Qualitative Research, Dubuque Iowa: Kendall/ Hunt Publishing Company.
Sumber : http://bambangdssmagasolo.blogspot.com
0 comments:
Post a Comment