Tuesday, March 2, 2010

Ketika peluru menembus kulitku,
Aku hanya tersenyum, malu

Ketika Halilintar menyambar tubuhku,
Aku hanya terkaget dan kemudian tersipu

Ketika Ombak menghantam perahuku,
Aku hanya diam dan terpaku

Dan ketika Topan Badai menerpaku,
Aku hanya tertawa dan kemudian membisu

Ketika pusaran badai menelanku,
Meluluh lantakkan aku,
Aku tidak menangis dan tidak mengaduh
Aku tidak mengeluh dan mengharu biru
Aku juga tidak berteriak dan memekik pilu
Semua kulalui tanpa ragu.

Sekedar aral, dan badai
Sekedar semak juga belukar
Sekedar caci dan juga maki
Sekedar masalah dan juga problema

Tak berarti pasti
Tak bermakna arti
Semua kulewati, sekali lagi
Tanpa pilu, ratap dan haru

Lelah juga tak mengusikku
Letih pun tak menggangguku
Karena aku terus maju,
Dan berpacu dalam waktu

Tapi suatu ketika
Aku ternyata hanyalah aku
Berpikir tentang sisi lain hidupku
 

Kalau aku hanyalah aku
Manusia biasa yang bukan apa apa
 

Aku hanyalah aku
Yang sebenarnya punya sisi pilu, juga kelabu
Dan bisa membuat aku layu
 

Hanya ternyata kembali aku berpikir
Kalau aku hanyalah aku
Yang tidak bisa selalu tertancap paku
Yang bisa meneteskan airmata kelu
Dan juga menangis haru.

Karena aku hanyalah sesosok tubuh
Berselimut jiwa yang juga bisa rapuh
Sayu, dan akhirnya layu
 

Maklumilah aku,
Karena aku hanyalah aku.
Dan kecil dihadapan Tuhanku



by smile

0 comments:

Post a Comment