Thursday, July 12, 2012

1. Pengertian Bahasa Kerabat
Kata kerabat (Inggris cognate) adalah kata-kata yang masih diturunkan dari sumber yang sama. Hal ini bisa terjadi dalam satu bahasa misalkan dalam bahasa Inggris terdapat kata shirt dan skirt yang diturunkan dari kata bahasa proto-Indo-Eropa *sker. Hal ini bisa pula terjadi antar bahasa, contohnya kata Melayu/Indonesia “jarum” yang masih berkerabat dengan kata Jawa dom.
Dua bahasa atau lebih dapat dikatakan kerabat apabila bahasa-bahasa tersebut berasal dari satu bahasa yang dipakai pada masa lampau. Selama pemakaiannya, semua bahasa mengalami perubahan dan bahasa bisa pecah menjadi dua atau lebih bahasa turunan. Adanya hubungan kekerabatan antara dua bahasa atau lebih ditentukan oleh adanya kesamaan bentuk dan makna.
Bentuk-bentuk kata yang sama antara berbagai bahasa dengan makna yang sama, diperkuat lagi dengan kesamaan-kesamaan unsur-unsur tata bahasa, dapat dijadikan dasar penentuan bahwa bahasa-bahasa tersebut berkerabat, yang diturunkan daru satu bahasa proto yang sama.
Kemiripan atau kesamaan bentuk dan makna sebagai akibat dari perkembangan sejarah yang sama atau perkembangan dari suatu bahasa proto yang sama. Bahasa-bahasa yang mempunyai hubungan yang sama atau berasal dari suatu bahasa proto yang sama, kemudian berkembang menjadi bahasa-bahasa baru, maka dimasukkan dalam satu keluarga bahasa (language family) yang berarti bentuk kerabat.
Bahasa dianggap berkerabat dengan kelompok bahasa tertentu apabila secara relative memperlihatkan kesamaan yang besar bila dibandingkan kelompok-kelompok lainnya. Perubahan fonemis dalam sejarah bahasa-bahasa tertentu memperlihatkan pula sifat yang teratur. Semakin dalam kita menelusuri sejarah bahasa-bahasa kerabat, maka akan semakin banyak didapat kesamaan antar pokok-pokok bahasa yang dibandingkan.

2. Metode Komparatif
Linguistik Hirtoris Komparatif adalah ilmu bahasa yang mempersoalkan bahasa dalam bidang waktu tertentu, serta mengkaji perubahan unsure bahasa yang terjadi dalam bidang waktu tertentu (Keraf, 1990:22).
Tujuan dan Manfaat Linguistik Historis Komparatif, dengan memperhatikan luas lingkupnya adalah:
1. Menekankan hubungan-hubungan antara bahasa-bahasa serumpun dengan mengadakan perbandingan mengenai unsure-unsur yang menunjukkan hubungan dan tingkat kekerabatan antar bahasa-bahasa itu.
2. Mengadakan rekontruksi bahasa-bahasa yang ada dewasa ini kepada bahasa-bahasa yang dianggap lebih tua atau menemukan bahasa-bahasa proto yang menurunkan bahasa kontemporer.
3. Mengadakan pengelompokan (sub-grouping) bahasa-bahasa yang termasuk dalam suatu rumpun bahasa. Ada beberapa bahasa yang memperlihatkan keanggotannya lebih dekat satu sama lain apabila dibandingkan dengan beberapa anggota lainnya(Keraf,1990:23).
Aspek bahasa yang tepat dijadikanobjek perbandingan adalah bentuk dan makna. Kesamaan-kesamaan bentuk dan makna itu akan lebih meyakinkan, karena bantuk-bentuk tersebut memperlihatkan kesamaan semantic. Kesamaan bentuk dan makna tersebut sebagai pantulan dari sejarah warisan yang sama. Bahasa-bahasa kerabat yang berasal dari bahasa proto yang sama selalu akan memperlihatkan kesamaan sistem bunyi (fonetik) dan susunan bunyi (fonologis).
Asumsi mengenai kata kerabat yang berasal dari sebuah bahasa proto yang didasarkan pada beberapa kenyataan berikut. Pertama, ada sebuah kosa kata dari kelompok bahasa tertentu secara relative memperlihatkan kesamaan yang besar apabila dibandingkan dengan kelompok lainnya. Kedua, perubahan fonetis dalam sejahar bahasa-bahasa tertentu memperlihatkan pula sifat yang terstur. Keteraturan ini oleh Grimm dinamakan Hukum Bunyi. Ketiga, semakin dalam kita menelusuri sejarah bahasa-bahasa kerabat akan semakin banyak kesamaan antara pokok-pokok yang dibandingkan.
3. Kegiatan perbandingan bahasa dengan metode komparatif oleh para ilmuwan.
Mengetahui bahwa di asia tenggara banyak bahasa yang mengandung persamaan, para ahli yang umumnya berasal dari eropa itu makin giat menyelidiki. Mula-mula mereka hanya menyelidiki bahasa-bahasa yang saling berdekatan dalam arti geografis. Misalnya bahasa indonesia/melayu, bahasa batak, minangkabau, sunda, dan lain-lain. Bahasa-bahasa tersebut mereka perbandingkan antara yang satu dengan yang lain. Mereka selidiki perbedaan dan persamaannya, mereka tentukan hukum bunyi yang berlaku dalam tiap-tiap bahasa.
Melalui cara-cara itu mereka sampai pada kesimpulan bahwa karena begitu banyak persamaan antara bahasa-bahasa tersebut maka tak boleh tidak, pastilah bahasa-bahasa tersebut mempunyai hubungan kekeluargaan dan berasal dari satu induk bahasa.
Lama-kelamaan bahasa yang mereka selidiki dan mereka perbandingkan makin banyak dan wilayahnya makin luas. Walaupun begitu, kesimpulan mereka tetap, bahkan makin mantap. Pastilah bahasa-bahasa itu mempunyai hubungan kekeluargaan dan berasal dari induk bahasa yang sama, dipergunakan secara umum oleh suatu masyarakat dalam suatu wilayah.
Wilhelm von Humboldt mengungkapkan bahwa antara bahasa-bahasa di indonesia dengan bahasa-bahasa di polinesia, kepulauan lautan teduh, terdapat banyak persamaan. Kemudian H.C. van der gabelents menemukan pula bahwa hubungan itu lebih luas lagi, yaitu meliputi bahasa-bahasa Melanesia.
Demikianlah, bahasa-bahasa yang mempunyai hubungan kekeluargaan makin lama makin luas wilayahnya dan makin banyak jumlahnya. Bahasa-bahasa di Filipina dan bahasa yang dipergunakan penduduk asli di kepulauan taiwan juga ternyata berkekeluargaan dengan bahasa-bahasa di Indonesia. Dan masih banyak lagi bahasa yang memiliki hubungan kekeluargaan di dunia ini jika di teliti dan dibandingkan antara satu bahasa dengan bahasa yang lainnya.

4. Tanah Asal Bangsa dan Bahasa Austronesia
Rumpun bahasa Austronesia adalah sebuah rumpun bahasa yang sangat luas penyebarannya di dunia. Dari Taiwan dan Hawaii di ujung utara sampai Selandia Baru (Aotearoa) di ujung selatan dan dari Madagaskar di ujung barat sampai Pulau Paskah (Rapanui) di ujung timur.
Bahasa-bahasa Austronesia adalah sebuah rumpun bahasa tersebar luas di seluruh pulau-pulau Asia Tenggara dan Pasifik , dengan beberapa anggota berbicara di benua Asia . It is on par with Bantu , Indo-European , Afro-Asiatic and Uralic as one of the best-established ancient language families. Hal ini setara dengan Bantu , Indo-Eropa , Afro-Asia dan Uralic sebagai salah satu keluarga mapan kuno bahasa terbaik. The name Austronesian comes from Latin auster “south wind” plus Greek nêsos “island”. Nama Austronesia berasal dari bahasa Latin Auster “angin selatan” plus Yunani nêsos “pulau”. The family is aptly named, as the vast majority of Austronesian languages are spoken on islands: only a few languages, such as Malay and the Chamic languages , are indigenous to mainland Asia. Keluarga adalah aptly bernama, karena sebagian besar bahasa Austronesia dituturkan di pulau-pulau: hanya beberapa bahasa, seperti Malaysia dan bahasa Chamic , adalah adat ke Asia daratan. Many Austronesian languages have very few speakers, but the major Austronesian languages are spoken by tens of millions of people. Banyak bahasa Austronesia beberapa pembicara sangat, tetapi bahasa Austronesia besar dituturkan oleh puluhan juta orang. Some Austronesian languages are official languages (see the list of Austronesian languages ). Otto Dempwolff , a German scholar, was the first researcher to extensively explore Austronesian using the comparative method . Beberapa bahasa Austronesia adalah bahasa resmi (lihat daftar bahasa Austronesia ). Otto Dempwolff , seorang ilmuwan Jerman, merupakan peneliti pertama secara ekstensif mengeksplorasi menggunakan Austronesia dengan metode komparatif .
There is debate among linguists as to which language family comprises the largest number of languages. Ada perdebatan di kalangan ahli bahasa sebagai rumpun bahasa yang terdiri dari jumlah terbesar bahasa. Austronesian is clearly one candidate, with 1,268 (according to Ethnologue ), or roughly one-fifth of the known languages of the world. Austronesia jelas merupakan salah satu kandidat, dengan 1.268 (menurut Ethnologue ), atau sekitar seperlima dari bahasa yang dikenal di dunia. The geographical span of the homelands of its languages is also among the widest, ranging from Madagascar to Easter Island . Hawaiian , Rapanui , and Malagasy (spoken on Madagascar ) are the geographic outliers of the Austronesian family. Cakupan geografis dari daerah asalnya bahasa adalah juga antara luas, mulai dari Madagaskar ke Pulau Paskah . Hawaii , Rapanui , dan Malagasi (berbicara di Madagaskar ) adalah outlier geografis keluarga Austronesia.
Austronesia adalah istilah mengacu pada suatu daerah yang dimana bahasa-bahasa Austronesia dituturkan, daerah tersebut mencakup oleh penduduk pulau Taiwan, kepulauan Nusantara (termasuk Filipina), Mikronesia, Melanesia, Polinesia, dan Pulau Madagaskar. Secara harafiah, Austronesia berarti “Kepulauan Selatan” dan berasal dari bahasa Latin austrālis yang berarti “selatan” dan bahasa Yunani nêsos (jamak: nesia) yang berarti “pulau”.
Jika bahasa Jawa di Suriname dimasukkan, maka cakupan geografi juga mencakup daerah tersebut. Studi juga menunjukkan adanya masyarakat penutur bahasa mirip Melayu di pesisir Sri Langka.
Asal usul bangsa Austronesia
Untuk mendapat ide akan tanah air dari bangsa Austronesia, cendekiawan menyelidiki bukti dari arkeologi dan ilmu genetika. Penelaahan dari ilmu genetika memberikan hasil yang bertentangan. Beberapa peneliti menemukan bukti bahwa tanah air bangsa Austronesia purba berada pada benua Asia. (seperti Melton dkk., 1998), sedangkan yang lainnya mengikuti penelitian linguistik yang menyatakan bangsa Austronesia pada awalnya bermukim di Taiwan. Dari sudut pandang ilmu sejarah bahasa, bangsa Austronesia berasal dari Taiwan karena pada pulau ini dapat ditemukan pembagian terdalam bahasa-bahasa Austronesia dari rumpun bahasa Formosa asli. Bahasa-bahasa Formosa membentuk sembilan dari sepuluh cabang pada rumpun bahasa Austronesia. Comrie (2001:28) menemukan hal ini ketika ia menulis:
… Bahasa-bahasa Formosa lebih beragam satu dengan yang lainnya dibandingkan seluruh bahasa-bahasa Austronesia digabung menjadi satu sehingga dapat ditarik kesimpulan bahwa terjadi perpecahan genetik dalam rumpun bahasa Austronesia diantara bahasa-bahasa Taiwan dan sisanya. Memang genetik bahasa di Taiwan sangatlah beragam sehingga mungkin saja bahasa-bahasa itu terdiri dari beberapa cabang utama dari rumpun bahasa Austronesia secara kesuluruhan.
Setidaknya sejak Sapir (1968), ahli bahasa telah menerima bahwa kronologi dari penyebaran sebuah keluarga bahasa dapat ditelusuri dari area dengan keberagaman bahasa yang besar ke area dengan keberagaman bahasa yang kecil. Walau beberapa cendekiawan menduga bahwa jumlah dari cabang-cabang diantara bahasa-bahasa Taiwan mungkin lebih sedikit dari perkiraan Blust sebesar 9 (seperti Li 2006), hanya ada sedikit perdebatan diantara para ahli bahasa dengan analisis dari keberagaman dan kesimpulan yang ditarik tentang asal dan arah dari migrasi rumpun bahasa Austronesia.
Bukti dari ilmu arkeologi menyarankan bahwa bangsa Austronesia bermukim di Taiwan sekitar delapan ribu tahun yang lalu. Dari pulau ini para pelaut bermigrasi ke Filipina, Indonesia, kemudian ke Madagaskar dekat benua Afrika dan ke seluruh Samudra Pasifik, mungkin dalam beberapa tahap, ke seluruh bagian yang sekarang diliputi oleh bahasa-bahasa Austronesia. Bukti dari ilmu sejarah bahasa menyarankan bahwa migrasi ini bermula sekitar enam ribu tahun yang lalu. Namun, bukti dari ilmu sejarah bahasa tidak dapat menjembatani celah antara dua periode ini.
Pandangan bahwa bukti dari ilmu bahasa menghubungkan bahasa Austronesia purba dengan bahasa-bahasa Tiongkok-Tibet seperti yang diajukan oleh Sagart (2002), adalah pandangan minoritas seperti yang dinyatakan oleh Fox (2004:8):
Disiratkan dalam diskusi tentang pengelompokan bahasa-bahasa Austronesia adalah permufakatan bahwa tanah air bangsa Austronesia berada di Taiwan. Daerah asal ini mungkin juga meliputi kepulauan Penghu diantara Taiwan dan Cina dan bahkan mungkin juga daerah-daerah pesisir di Cina daratan, terutamanya apabila leluhur bangsa Austronesia dipandang sebagai populasi dari komunitas dialek yang tinggal pada permukiman pesisir yang terpencar.
Analisis kebahasaan dari bahasa Austronesia purba berhenti pada pesisir barat Taiwan. Bahasa-bahasa Austronesia yang pernah dituturkan di daratan Cina tidak bertahan. Satu-satunya pengecualian, bahasa Chamic, adalah migrasi yang baru terjadi setelah penyebaran bangsa Austronesia.

0 comments:

Post a Comment