Hingar bingar sudut kota
Dalam balutan cahaya metropolitan
Hura-hura dan pesta pora
Larut dalam kenikmatan insan manusia
Surga dalam dunia
Kenikmatan dalam berbagai dimensi dan warna
Menghambur bak pasir di lautan
Kelam, dalam gemerlap
Ketika kesucian dalam diri sudah tiada
Atau harta berharga yang hilang dalam pelukan nafsu
Tak ada lagi airmata tersisa
Karena semua nampak biasa dan tanpa makna
Mempertahankan kesucian seorang anak gadis
Dalam rimba belantara dosa
Bak jarum ditumpukan jerami
Atau sebuah onta masuk ke lubang jarum
Tak bisa!
Tak kuasa….
Tapi aku bertahan diantara yang tiada
Dalam kemunafikan cemooh para manusia
Ini sebuah cerita,
Tentang perawan menjaga harta
Yang tak bisa ditukar dengan uang bahkan permata
Bertahan sampai pada kesudahannya
Aku menjerit ketika semua menghimpit,
Menghujam dada, menyesakkan tubuh tua yang berbaring
Sekarat menunggu mati,
Apa daya,…..
Atau karena tuntutan jaman
Dalam pergaulan selebrita
Dalam kebebasan ibukota,…..
Atau, karena mereka namakan CINTA?
Yang rela memberi segalanya?
Ini saatnya,angka demi angka terpatri
Menjadi sebuah bukti menagih janji..
Oh gusti,
Tuhan Semesta alam,
Lidah ini kelu untuk berteriak,
Airmata ini kering untuk diteteskan
Hati ini remuk redam berantakan,
Bisakah aku bertahan….
Bisakah aku tersenyum dalam kepiluan hati yang membakar jiwa?
Tuhan,
Ini hambamu yang kecil dan hina,
Yang sungguh tak tahu lagi kemana harus berpaling
Dan harus bertumpu dalam kalimat doa?
Apa artinya kehormatan
Jika bagi yang lain itu hanya sebuah kata kecil dalam dunia
Aku tak bisa,….
Namun aku tak kuasa
Kematian atau kehormatan
Karena seperti buah simalakama
Dimakan ibu mati, tak dimakan bapa tiada.
Apakah ini sebuah akhir,
Ataukah sebuah awal,
Hanya waktu yang bisa menentukan,
Awal, atau akhir
Mati atau hidup kembali,……
Aku, masih perawan.
0 comments:
Post a Comment